Mahasiswa KKN-T IPB University kelompok TEGALKAB08 yang ditempatkan di Desa Sukareja, Kabupaten Tegal, melaksanakan program unggulan berupa pengembangan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) berbahan dasar akar bambu.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mendukung pertanian berkelanjutan dan peningkatan ketahanan pangan masyarakat desa, sejalan dengan slogan IPB University "Inspiring Innovation with Integrity".
PGPR yang dihasilkan dari akar bambu mengandung mikroorganisme bermanfaat yang berperan penting dalam merangsang pertumbuhan tanaman, memperbaiki struktur tanah, serta menjaga kesuburan tanah jangka panjang.
Pemilihan bahan lokal ini mempertimbangkan ketersediaan bambu yang melimpah di lingkungan desa, sehingga proses produksi dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.
Dengan metode fermentasi sederhana yang murah dan mudah dipelajari, setiap petani dapat langsung mempraktekkannya untuk meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen.
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kondisi pertanian Desa Sukareja yang selama ini sangat bergantung pada pupuk kimia buatan. Meskipun memberikan hasil cepat, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan berdampak pada penurunan kualitas tanah, berkurangnya keanekaragaman mikroba alami, dan menurunnya produktivitas lahan pertanian, baik di persawahan maupun perkebunan.
Melalui penerapan PGPR berbahan alami dari akar bambu, diharapkan kesuburan tanah meningkat, biaya produksi berkurang, dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Proses pembuatan PGPR dilakukan melalui beberapa tahapan selama kurang lebih 2 minggu. Pertama, akar bambu yang masih segar diambil, dibersihkan dari tanah, lalu dipotong menjadi ukuran kecil. Akar tersebut kemudian ditumbuk hingga terlihat serat akarnya, lalu dimasukkan ke dalam wadah berisi air bersih untuk proses fermentasi awal selama 3 hari.
Setelah itu, dibuat larutan nutrisi dengan mencampurkan 10 liter air mendidih, kemudian dicampur dengan bahan-bahan lain seperti 500 g bekatul, 5 sdm gula, 1 buah terasi, dan ½ sdm kapur sirih.
Larutan ini didinginkan, lalu dicampurkan dengan 200 mL biang PGPR yang sudah disaring. Campuran tersebut difermentasi selama 14 hari dengan pengadukan rutin setiap 2—3 hari sekali, untuk memastikan mikroba berkembang optimal dan mencegah risiko kerusakan larutan.
Setelah proses fermentasi selesai, larutan PGPR siap digunakan sebagai pupuk hayati cair untuk berbagai jenis tanaman.
Pelaksanaan program dilakukan secara partisipatif. Melibatkan petani setempat dalam setiap tahapan mulai dari pengambilan bahan baku, proses fermentasi, hingga uji coba di lahan pertanian milik warga. Selain itu, diberikan pula sesi pelatihan teknis agar masyarakat dapat memproduksi PGPR secara mandiri setelah program selesai.
Sebagai bagian dari penghargaan atas dukungan yang telah diberikan, kelompok TEGALKAB08 menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Desa Sukareja yang senantiasa mendukung kesuksesan program KKNT IPB University 2025 dalam pembuatan PGPR.
Secara khusus, apresiasi disampaikan kepada Kepala Desa Sukareja serta jajarannya, Dulkhalim, dan Kepala Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sukareja serta jajarannya, Tri Laksono, atas peran aktif dan fasilitasi yang diberikan selama pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, program ini dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan adanya program ini, Desa Sukareja diharapkan mampu menjadi contoh penerapan teknologi pertanian berkelanjutan berbasis sumber daya lokal yang efektif dan ramah lingkungan.
Keberhasilan implementasi PGPR akar bambu ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi desa-desa lain dalam mengembangkan inovasi serupa, sehingga upaya menjaga ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan dapat berjalan secara beriringan dan berkelanjutan.
Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id